Kisah Dean Huijsen dan Penyesalan Si Nyonya Tua Kisah Talenta

jadwalpialadunia – Dalam dunia sepak bola modern, perburuan talenta muda sudah menjadi bagian penting dari strategi klub-klub besar Eropa. Namun kadang, kesalahan dalam mengelola pemain muda bisa berujung penyesalan besar. Juventus kini sedang merasakan pahitnya kehilangan seorang bintang masa depan: Dean Huijsen. Bek muda yang sempat jadi aset masa depan Si Nyonya Tua, kini resmi menjadi milik Real Madrid. Dan tak butuh waktu lama bagi dunia melihat betapa besar potensi yang mereka lepas.

Kepindahan Dean Huijsen ke Real Madrid bukan hanya kisah transfer biasa. Ini adalah kisah tentang kesempatan, visi jangka panjang, dan yang paling menyakitkan bagi Juventus penyesalan karena gagal memberi kepercayaan pada saat yang tepat.

Siapa Dean Huijsen?

Lahir di Belanda pada 14 April 2005, Dean Huijsen memulai karier sepak bolanya di akademi Malaga CF saat keluarganya pindah ke Spanyol. Bakatnya di usia muda menarik perhatian banyak klub top Eropa. Namun Juventus-lah yang berhasil memenangkannya pada 2021, merekrutnya ke tim Primavera.

Sebagai bek tengah, Huijsen dikenal memiliki keunggulan fisik, distribusi bola yang baik, serta kemampuan membawa bola keluar dari tekanan gaya bermain yang mengingatkan banyak orang pada sosok seperti Gerard Piqué atau bahkan Virgil van Dijk.

Dalam dua musim terakhir, ia berkembang pesat di tim Juventus Next Gen (U-23), dan sempat mencicipi debut di tim utama. Tapi itulah awal dari pertanyaan besar: mengapa Juventus tak pernah benar-benar memberinya tempat?

Minimnya Kesempatan, Awal Retaknya Hubungan

Meskipun Dean Huijsen sempat dipanggil ke tim senior oleh Massimiliano Allegri, menit bermainnya sangat terbatas. Ia lebih sering duduk di bangku cadangan atau kembali ke tim Next Gen. Padahal, pada saat yang sama, Juventus mengalami krisis lini belakang akibat cedera dan inkonsistensi performa.

Banyak pengamat dan fans mempertanyakan keputusan Allegri kala lebih memilih bek-bek senior seperti Daniele Rugani yang performanya tak stabil, ketimbang memberi menit bermain pada Huijsen yang sedang naik daun.

Huijsen sendiri tidak pernah secara terbuka mengkritik keputusan klub, tapi menurut laporan dari media Italia seperti Tuttosport dan Gazzetta dello Sport, sang pemain dan agennya mulai membuka opsi untuk masa depan yang lebih menjanjikan.

Peminjaman ke AS Roma: Tanda Tanya Besar

Pada Januari, Huijsen dipinjamkan ke AS Roma. Di bawah asuhan Daniele De Rossi, ia langsung menunjukkan kualitasnya. Tak hanya bermain reguler, Huijsen bahkan mencetak gol indah dalam laga kontra Cagliari sebuah bukti bahwa ia tak hanya kuat bertahan, tapi juga punya insting menyerang.

Di Roma, Huijsen tampil dewasa. Ia menampilkan positioning yang solid, distribusi bola yang akurat, dan chemistry yang baik dengan bek senior lainnya. Para pendukung Roma mulai menganggapnya sebagai bagian dari masa depan klub namun ternyata, masa depannya justru ada di tempat lain.

Masuknya Real Madrid: Gerak Cepat dan Tertarget

Real Madrid, yang memang dikenal gemar memburu talenta muda dunia lewat proyek Generación Futura, langsung bergerak. Melihat potensi besar dan peluang kecil yang diberikan Juventus, Los Blancos menyodorkan proposal serius.

Dengan tawaran yang tak hanya menarik secara finansial tapi juga menjanjikan peta perkembangan karir yang jelas, Huijsen akhirnya setuju bergabung dengan Real Madrid pada musim panas ini. Kabarnya, transfer ini bernilai sekitar €15 juta dengan beberapa bonus tambahan angka yang relatif kecil jika melihat potensi pemain seperti dia.

Tak hanya itu, kontraknya juga mencerminkan keseriusan Madrid: klausul jangka panjang, opsi promosi ke tim utama dalam waktu dekat, dan fasilitas pengembangan di bawah sistem akademi Madrid yang terkenal.

Baca Juga : AC Milan Incar Bintang Muda Man City, Akankah Terwujud?

Reaksi Juventus: Penyesalan yang Tertunda

Setelah transfer ini resmi diumumkan, gelombang kekecewaan datang dari berbagai kalangan Juventus. Dari fans, legenda klub, hingga media lokal, semuanya mengkritik keputusan manajemen yang dianggap terlalu lambat dalam mengelola talenta muda.

Legenda Juventus seperti Claudio Marchisio bahkan sempat menulis di media sosial:

“Kami tidak bisa terus kehilangan pemain seperti ini. Jika klub ingin membangun masa depan, maka harus mulai percaya pada masa depan itu.”

Manajemen Juventus, dalam pernyataan singkatnya, hanya menyebut bahwa keputusan ini adalah bagian dari strategi jangka panjang dan untuk menghormati keinginan sang pemain. Namun, bagi banyak pihak, ini tak lebih dari penyesalan yang tertunda.

Huijsen Bicara: “Madrid Memberi Saya Kepercayaan yang Nyata”

Dalam wawancara perdananya sebagai pemain Real Madrid B (Castilla), Huijsen menyampaikan perasaannya:

“Saya berterima kasih kepada Juventus, karena mereka membentuk saya menjadi pemain seperti sekarang. Tapi saya butuh tempat yang benar-benar percaya pada saya. Di Real Madrid, saya merasa kepercayaan itu nyata.”

Ia juga mengaku sudah berbicara langsung dengan Raul (pelatih Castilla) dan mendapat sinyal bahwa jalurnya menuju tim utama sangat terbuka asal ia bisa konsisten dan disiplin.

Real Madrid: Punya Rencana Jelas untuk Huijsen

Real Madrid memang sudah dikenal piawai mengembangkan talenta muda. Lihat saja bagaimana mereka membina Federico Valverde, Rodrygo, Vinicius Jr., hingga Jude Bellingham semuanya berkembang menjadi bintang dunia lewat sistem yang terstruktur dan lingkungan kompetitif yang sehat.

Untuk Huijsen, rencananya cukup jelas:

  • Musim pertama akan bermain penuh di Real Madrid Castilla di bawah Raul.
  • Jika performa stabil, ia akan dipanggil dalam rotasi Copa del Rey dan laga-laga non-krusial tim utama.
  • Dalam dua tahun ke depan, ia diproyeksikan menjadi bagian dari skuad utama sebagai pelapis utama Eder Militão atau bahkan menggantikan Antonio Rüdiger di masa depan.

Apa yang Bisa Dipelajari Juventus dari Kisah Ini?

Kisah Dean Huijsen bukan hanya tentang seorang pemain muda yang pindah ke klub besar. Ini adalah refleksi dari cara klub mengelola talenta, dan bagaimana kepercayaan bisa menjadi faktor utama dalam pembentukan pemain.

Juventus selama ini memang dikenal sebagai klub dengan sejarah besar dan tradisi kuat. Namun belakangan, mereka sering dikritik karena kurang berani memberi tempat kepada pemain muda, terutama jika dibandingkan dengan klub-klub seperti Real Madrid, Barcelona, bahkan AC Milan dan Atalanta di Serie A sendiri.

Jika Juventus ingin kembali menjadi kekuatan dominan Eropa, mereka harus mulai membangun fondasi dari sekarang dan itu dimulai dengan mempercayai pemain muda, bukan hanya membeli nama besar.

Huijsen Pergi, Juventus Kehilangan Masa Depan

Dean Huijsen kini sudah menjadi bagian dari Real Madrid. Di klub barunya, ia mendapat kepercayaan, jalur karir yang jelas, dan lingkungan yang mendukung. Sementara Juventus, untuk kesekian kalinya, harus merelakan satu potensi besar lepas karena ketidaksiapan memberi kepercayaan di waktu yang tepat.

Apakah Juventus akan belajar dari pengalaman ini? Hanya waktu yang bisa menjawab. Tapi satu hal pasti: membangun juara tidak cukup dengan nama besar harus ada keberanian untuk memulai dari akar. Dan Dean Huijsen kini adalah contoh dari akar yang ditebang terlalu cepat.

Laras Miranda, lahir pada 15 Mei 1990 di Yogyakarta, adalah seorang bloger sukses yang dikenal karena konten kaya dan informatif tentang gaya hidup, ulasan produk, dan panduan traveling.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *