jadwalpialadunia.info – Apakah Benar Artem Dovbyk Sudah Berstatus Rekrutan Gagal di Roma? Ketika AS Roma pertama kali mendatangkan Artem Dovbyk dari Girona pada musim panas lalu, banyak penggemar Giallorossi yang penuh harapan. Striker asal Ukraina itu datang dengan reputasi sebagai pencetak gol ulung di La Liga, bahkan menjadi salah satu top skor musim lalu bersama Girona yang tampil mengejutkan. Roma, yang tengah mencari pengganti nomor 9 klasik setelah era Edin Dzeko, menganggap Dovbyk sebagai jawabannya. Namun, seiring berjalannya waktu, harapan itu mulai meredup. Kini, dengan performa yang kurang meyakinkan, muncul pertanyaan: apakah Dovbyk sudah layak disebut rekrutan gagal Roma?
Statistik yang Kurang Meyakinkan
Hingga pekan ke-30 Serie A, Dovbyk baru mencetak 5 gol dan 2 assist dalam 24 penampilan liga, dengan 16 di antaranya sebagai starter. Angka ini jelas tidak memuaskan, mengingat musim lalu ia mencetak 20 gol di La Liga dan menjadi top skorer klub Girona.
Jika dibandingkan dengan striker lain di Serie A, Dovbyk bahkan berada jauh dari daftar 15 besar pencetak gol terbanyak. Rasio konversi peluangnya pun hanya 11%, jauh di bawah rata-rata striker papan atas Serie A yang berkisar 17-20%. Dari segi Expected Goals (xG), Dovbyk seharusnya sudah mencetak 8-9 gol musim ini, menunjukkan bahwa ia masih underperforming setidaknya 3 gol. Ini menunjukkan masalah bukan hanya dalam peluang yang didapat, tetapi juga dalam penyelesaian akhir yang kurang tajam.
Peran dalam Skema Taktik
Dengan kehadiran Daniele De Rossi yang menggantikan Jose Mourinho di pertengahan musim, Roma mengubah pendekatannya menjadi lebih ofensif dan menekan lawan dengan permainan press tinggi. Sayangnya, Dovbyk yang sebelumnya beradaptasi dengan permainan Girona yang lebih mengandalkan transisi cepat tampaknya mengalami kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan filosofi Roma.
Sebagai striker utama, Dovbyk diharapkan tidak hanya mencetak gol, tetapi juga memainkan peran sebagai target man yang bisa menahan bola, membuka ruang untuk Paulo Dybala dan Lorenzo Pellegrini, serta menekan bek lawan saat kehilangan bola. Namun, kemampuan Dovbyk dalam peran ini masih diragukan. Ia sering kalah duel dengan bek Serie A yang tangguh seperti Bremer, Bastoni, atau Smalling. Selain itu, kontribusinya dalam build-up serangan terbatas, yang membuat Roma kesulitan untuk menghubungkan lini tengah dan serangan.
Dibandingkan dengan Ekspektasi
Masalah terbesar yang dihadapi Dovbyk adalah ekspektasi yang sangat tinggi setelah bergabung dengan Roma. Banyak yang berharap ia bisa langsung menggantikan peran Dzeko atau setidaknya menutupi selubung yang ditinggalkan oleh Tammy Abraham yang cedera. Harga transfer yang mencapai €18 juta juga membuatnya otomatis berada di bawah sorotan. Dalam beberapa forum penggemar, beberapa mulai menyebutnya sebagai “flop” atau “pembelian yang sia-sia.”
Namun jika dilihat dari perspektif yang lebih luas, adaptasi pemain dari La Liga ke Serie A memang membutuhkan waktu. Serie A dikenal dengan pertahanan yang lebih ketat dan taktik yang lebih kompleks, di mana striker harus bekerja lebih keras untuk menemukan ruang. Tidak sedikit pemain besar yang juga membutuhkan waktu untuk beradaptasi, seperti yang terjadi pada Edin Dzeko dan Carlos Tévez di masa lalu.
Masalah Kepercayaan Diri
Selain masalah teknis, Dovbyk tampaknya juga menghadapi tantangan dalam hal kepercayaan diri. Beberapa kali, kamera televisi menangkap ekspresi kekecewaannya saat gagal mencetak gol mudah atau ketika diganti di babak kedua. Fans Roma yang dikenal emosional juga semakin menambah tekanan, dengan siulan yang terdengar saat Dovbyk gagal memanfaatkan peluang emas di Derby della Capitale melawan Lazio.
Namun, De Rossi tetap mendukung Dovbyk dan percaya bahwa pemainnya bekerja keras dalam latihan. “Artem tahu tekanan yang ada di klub sebesar Roma, dan saya yakin dia bisa melewati fase ini,” ujar De Rossi.
Masih Ada Harapan?
Meski performanya tidak memuaskan, menyebut Dovbyk sebagai rekrutan gagal di bulan April ini mungkin terlalu cepat. Banyak pemain top yang membutuhkan waktu lebih dari satu musim untuk beradaptasi dengan liga baru. Sebut saja Victor Osimhen yang sempat kesulitan di musim debutnya bersama Napoli sebelum akhirnya meledak di musim kedua.
De Rossi pun belum kehilangan kepercayaan. Meski terkadang ia memilih Andrea Belotti atau Eldor Shomurodov di beberapa laga, Dovbyk tetap mendapat kesempatan bermain. Strategi rotasi ini diharapkan bisa mengurangi tekanan yang ditanggung Dovbyk.
Selain itu, laporan dari Trigoria menyebutkan bahwa staf pelatih Roma tengah merancang program khusus untuk meningkatkan kecepatan reaksi dan penyelesaian akhir Dovbyk, termasuk latihan situasional di area penalti.
Faktor Lingkungan dan Adaptasi
Kepindahan Artem Dovbyk ke Italia tidak hanya menghadapi tantangan teknis, tetapi juga tantangan non-teknis seperti bahasa, budaya, dan tekanan media. Dovbyk yang sebelumnya bermain di Ukraina dan Spanyol kini harus beradaptasi dengan lingkungan baru yang lebih intens secara emosional.
“Bermain di Roma artinya kamu hidup dalam atmosfer yang selalu membesar-besarkan segala hal,” ujar Marco Delvecchio, eks striker Roma. “Ketika kamu mencetak gol, kamu pahlawan. Ketika kamu gagal, kamu jadi kambing hitam.”
Rekrutmen Gagal? Belum Tentu
Apakah Artem Dovbyk sudah berstatus rekrutan gagal di Roma? Jawabannya masih belum pasti. Meskipun statistiknya mengecewakan dan ekspektasi tinggi mengharapkan tekanan besar, Dovbyk masih memiliki waktu, dukungan pelatih, dan peluang untuk berkembang. Jika Roma bisa memperbaiki tim dan Dovbyk mampu meningkatkan agresivitas serta penyelesaiannya, label “flop” bisa berubah menjadi cerita sukses. Namun, jika musim ini berakhir tanpa kontribusi signifikan dan Roma gagal mencapai tiket Eropa, maka manajemen mungkin akan mempertimbangkan untuk menjual atau meminjamkannya.
Sampai saat itu, Dovbyk masih dalam tahap “belum berhasil”, namun belum sepenuhnya gagal. Semua bergantung pada bagaimana ia menghadapi tantangan di sisa musim ini.